oleh

Logika Agama Mengamalkan Agama Dengan Baik Disebut Radikal

Logika Agama Mengamalkan Agama Dengan Baik Disebut Radikal. Oleh: Ustad Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria.

Seorang muslimah bercadar sedang berbelanja di Supermarket di suatu kota di Prancis. Selesai dia mengambil kebutuhannya diapun langsung menuju kasir yang kebetulan kasirnya itu adalah seorang wanita keturunan imigran Arab, tidak memakai jilbab. Maka wanita bercadar inipun membawa barang belian atau belanjaannya ke kasir. Melihat yang datang seorang wanita bercadar imigran Arab ini agak ketus sikapnya.

Kenapa demikian? Karena memang pemerintah Prancis keras terhadap muslim becadar dan didenda itu seratus lima puluh dolar. Walaupun tidak efektif sebagaimana aturan kita di Pondok Pesantren membuang sampah denda lima puluh ribu tapi tidak berjalan.

Begitu juga ini, walaupun kadang-kadang ada juga yang melakukan. Jadi inilah situasi yang dihadapi oleh wanita bercadar, menghadapi kasir imigran Arab yang agak ketus wanita imigran Arab, tanpa jilbab. Dihitung barang belanjaan tadi satu persatu tapi cara menghitung dan menaruh barang belanjaan tersebut agak kasar sekali. Tapi wanita bercadar ini tetap kalem tidak terpengaruh, dan membuat sang kasir semakin kesel semakin benci.

Baca Juga :  Golput: Halal Versus Haram, dan Gerakan Ayo Memilih

Apa kata si tukang kasir, waktu itu kami mempunyai banyak problem di Negara ini? Kami orang-orang Islam punya banyak masalah di Negeri ini dan cadar yang kamu gunakan merupakan salah satu masalah. Kita berada di Negara ini untuk berbisnis bukan untuk menunjukkan Agama ataupun sejarah Islam, sejarah Arab yang membanggakan.

Jika kamu ingin mengamalkan Agama, dan mengenakan cadar kembalilah ke Negeri Arabmu dan lakukan apa saja yang hendak engkau lakukan di Negerimu, semaumu disana karena hentakan yang sangat menghina ini, agak sombong, agak melecehkan, maka wanita bercadar itu langsung membuka cadarnya.

Apa yang terjadi, kasir Arab imigran terkejut mengapa terkejut? Ternyata wanita yang dibentaknya itu adalah seorang berkulit putih, dengan mata biru, dan rambut yang pirang.

Jadi bukan keturunan Arab, jadi bentakan tadi tidak kena, lalu apa kata wanita bercadar ini aku adalah wanita Prancis asli, aku adalah penduduk asli disini, bapakku, kakekku, nenekku, orang sini. Cadar adalah Agamaku, ini adalah Negeriku, ini Agamaku. Kalian memang lahir dalam keadaan Islam, tetapi kalian telah menjual Agama kalian, hanya untuk sesuap nasik, hanya untuk mencari makan, hanya untuk mencari kehidupan kau jual Agamamu, dan sekarang kami yang telah membelinya.

Baca Juga :  Logika Agama Memahami Hakikat Sabar, Sebuah Opini Subairi

Inilah yang dikatakan ghazwatul fikri (perang pemikiran), jadi orang Islam, bisa dipengaruhi yang tadinya Agamanya kuat karena situasi dan kondisi, bisa dipengaruhi menjadi berubah, yang tadinya tau bahwa memilih orang kafir haram bisa berubah menjadi memilih orang kafir sebagai pemimpin. Ini yang dimaksud Ghazwatul fikri, dan kita saksikan di Negara kita Universitas Islam yang seharusnya membela orang yang memakai cadar, melarang mengunakan cadar dikampusnya dan itu terjadi di Negara kita.

Mohon maaf saya narasikan seperti ini bukan karena saya sebagai penganut faham dan aliran ekstrim kiri atau pun kanan, tetapi saya ingin mengungkapkan fakta dan rialita yang terjadi sekarang ini, mungkin ada yang pro dan kontra tapi ini adalah merupan suatu dinamika yang harus kita sikapi dengan bijak dan berhati-hati.

Orang yang mengamalkan Agama dengan baik, mengamalkan agama dengan kaffah, totalitas, dan konprehensip, disebut radikal, disebut fanatik itu yang terjadi. Inilah hasil dari Ghazwatul fikri atau invasi pemikiran dan itu banyak terjadi pada kita, oleh karena itu aqidah ini masalahnya. Apa itu aqidah?

Aqidah adalah keterikatan hati kita, keterikatan jiwa kita, kepada ajaran Islam harus terus ditingkatkan. Begitu kita mendengar suara azan datanglah kita ke masjid, menandakan kita punya aqidah yang kuat.

Baca Juga :  Jelang Pemilu, Camat Maiwa Ajak Warga Desa Pariwang Jaga Persatuan

Kalau azan kita biarkan tidak ke masjid, tidak sholat itu menunjukkan aqidah kita masuh lemah, dan kurang. Mari kita pertanyakan aqidah kita, Islam diperhinakan kita diam saja, ini menunjukkan aqidah kita masih belum benar. Jadi sekali lagi makna dari pada aqidah adalah keterikatan jiwa, hati kita kepada aturan Allah SWT, kepada nilai-nilai Islam, kepada Al-Quran, kepada As-Sunnah.

Ini merupakan masalah kita, padahal kita adalah mayoritas, tetapi kita bisa dipermainkan. Mengapa? Sekali lagi masalah aqidah, kita belum terikat benar dengan ajaran Islam, sehingga Islam dihinakan kita masih tidak tersinggung. Ghazwatul fikri adalah berbagai macam cara yang dilakukan musuh Islam, supaya orang Islam itu keliru dalam memahami Agama.

Loading...

Baca Juga