PILARNEGARA.COM – Brigade Gerakan Pemuda Islam (Brigade GPI) kembali melakukan Aksi Bela Rakyat Gorontalo Utara dengan mendatangi kantor PT Toba Bara Sejahtera Tbk yang berlokasi di perkantoran SCBD Jakarta Selatan. Seperti aksi sebelumnya, Kamis (11/7/2019), mereka menuntut agar pembayaran tanah milik rakyat segera diselesaikan.
Selain Brigade GPI, Aksi Bela Rakyat Gorontalo Utara jilid II ini didukung oleh Forum Umat Islam Bersatu, Gerakan Pemuda Jakarta, Forum Mahasiswa Adat Buru Jakarta, Forum Mahasiswa Adat SBT.
Dalam aksi jilid II ini M Frans selaku kordinator lapangan menyebut, semestinya mega proyek tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Gorontalo Utara. bukan malah menjadi penjajah baru dan memasukkan TKA China.
“Usir TKA China bayar tanah rakyat yang dirampas oleh PT Toba Bara Sejahtera. Yang salah satu sahamnya dimiliki oleh Luhut Binsar Penjaitan,” ujarnya pada aksi unjuk rasa di Komplek perkantoran SCBD Jakarta Selatan, Rabu (17/7/2019).
Lanjut M Frans, mereka kembali melakukan aksi karena salah satu kesepakatan dalam aksi sebelumnya telah dilanggar oleh PT Toba. Perusahaan yang sahamnya juga dimliki oleh Luhut Binsar Panjaitan ini dianggap tidak punya itikad baik untuk menyelesaikan pembayaran.
“Kami tidak mau lagi dijanji-janjiin. Katanya keluarga ahli waris dijanjikan duduk bersama dengan perusahaan untuk menyelesaikan masalah pembayaran tanah. Tapi kenyataannya, mereka selalu berkelit,” tegas M Frans.
Pada aksi kali ini, Brigade GPI menghadirkan Nurhayati Lasimpala (46 th). Ia adalah perwakilan ahli waris dari Gorontalo Utara yang tanahnya ditempati proyek PLTU Sulbagut-1 Tanjung Karang, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, provinsi Gorontalo, hingga saat ini belum terbayar. Ia mengatakan, sudah 2 tahun keluarga besarnya belum mendapat ganti rugi.
“Sudah 2 tahun belum di bayar oleh PT Toba. Karena selama ini mereka hanya janji yang selalu mereka ucapkan,” kata Nurhayati Lasimpala.
Aksi Bela Rakyat Gorontalo Utara jilid II ini dilanjutkan dengan mendatangi Istana Negara. Di depan Istana mereka meunutut hak yang sama saat di kantor PT Toba.
Aksi yang dikawal Kepolisian Sektor Gambir ini diwarnai dengan tarian khas Maluku. Di depan aparat kepolisian, mereka melakukan aksi Tari Cakalele, tarian perang khas Maluku. Menurut salah satu peserta aksi, tarian ini merupakan simbol perlawanan terhadap penjajah.
“Tari Cakalele adalah tari perang khas Maluku. Merupakan simbol perlawanan kepada penjajah” ungkap dari salah satu peserta dari Forum Mahasiswa Adat Buru Jakarta.
Usai aksi, Nurhayati berterimakasih kepada peserta aksi yang telah memperjuangkan hak rakyat Gorontalo Utara. Ia tidak menyangka ternyata masih ada yang peduli dengan nasib rakyat kecil.
“Terimakasih kepada Mahasiswa Adat Buru dan GPI serta yang lainnya yang sudah turut andil membantu kami. Alhamdulilah dengan aksi unjukrasa damai ini kami bisa tertolong. Minimal ada titik terang,” ungkapnya.
Sementara itu, pihak PT Toba Bara Sejahtera Tbk tidak bersedia dikonfirmasi terhadap aksi ini. (OSY)